Tulisan ini mungkin tidak akan merangkum semua kenangan yang ada,
namun semoga tulisan ini dapat menggambarkan petualangan yang telah terjadi
dalam hidup ku sejak tanggal 12 Agustus 2013 sampai dengan 15 Agustus 2013.
Awal Mula
Petualangan ini dimulai dari obrolan singkat via telepon antara
Ndari dengan Acen (Ari Susena) dalam perjalanan pulang sehabis lembur. obrolan
mengenang janji 3 tahun lalu untuk menikmati keindahan Puncak Lawu, ditambah
dengan dorongan semangat setelah menonton film 5 Cm, terbesit lah ide untuk
menunaikan janji tersebut pada tanggal 17 Agustus 2013.
Setelah itu mulailah aku bercerita kepada Bun (Bunkarni) dan dia
menyanggupi untuk ikut, dengan pikiran bahwa mendaki gunung seperti piknik yang
menyenangkan, bermodal tas ransel kecil, sepatu teplek untuk jalan, dan
perbekalan seadanya.
Bermodalkan semangat mulailah Ndari dan Bun mencari tiket promo,
sampai pada akhirnya dapatlah tiket Kereta Eksekutif Jakarta-Semarang
Rp100.000,00 , Semarang-Jakarta sebesar Rp250.000,00 yang langsung dibooking
saat itu juga.
tiket promo |
Langsung saja Ndari dan Bun mencari tiket lain yaitu Kereta
Eksekutif Jakarta-Jogja yang untungnya juga promo menjadi seharga Rp100.000,00.
Setelah itu, Ndari bercerita kepada kak Indri (Indriani Oka) dan kak Wiwin
(Wintary) tentang tiket promo dan rencana Petualangan tersebut. Langsung saja
mereka minta untuk dicarikan tiket promo untuk bergabung bertualang bersama.
Tiket yang didapatkan yaitu Jakarta-Solo Rp100.000,00 dan Semarang-Jakarta
Rp250.000,00. hahaha Semesta merestui Petualangan ini.
Ndari pun menghubungi Acen untuk menyusun strategi selanjutnya,
mengingat peserta dari Jakarta seluruhnya perempuan, Acen pun akan mengajak 2
orang teman kostnya untuk bergabung yaitu mas Alam dan bangCep (Franky). Di
waktu lain mas Hendri (Hendry Bundrawan) juga tertarik untuk bergabung dan
bertemu di Solo.
Rencana pun disusun menggunakan media BBM dan Email. Objek wisata
serta jadwal acara dibuat dan disebar untuk informasi peserta
Petualangan. Kami pun segera menghubungi teman-teman yang sering melakukan petualangan mendaki gunung untuk meminjam peralatan. Ndari meminjam tas Carrier ke mas Novian, kak Indri meminjam ke mas koh Irvan, kak Wiwin meminjam ke Wisnu, Bun meminjam ke Erni. bermodalkan sendal gunung yang ketika bercerita ke mas Novian diketawain, sleeping bag baru yang dibeli H-4 hari berangkat, 2 matras, senter, P3K yang baru dibeli H-2 hari berangkat, perlengkapan pun (dianggap) mencukupi kami dalam perjalanan ini.
Ndari pun menghubungi Mirah (Mirah Mahaswari) temannya yang
berdomisili di Jogjakarta untuk numpang mandi ketika sampai Jogja, tak disangka
Mirah menawarkan untuk dijemput dan menginap di rumahnya. Another blessing!!
12 Agustus 2013
Datanglah hari dimulainya Petualangan. Pit stop Petualangan pun
dibagi menjadi 2 tempat, Jogjakarta (Ndari, Bun, Acen, mas Alam dan BangCep)
dan Solo (kak Indri, kak Wiwin dan mas Hendri). Ndari, Bun menaiki kereta
Taksaka Malam menuju Jogjakarta dan kak Indri serta Wiwin menaiki kereta Argo
Lawu menuju Solo.
13 Agustus 2013
Tibalah Ndari dan Bun di Jogjakarta, dijemput oleh Mirah untuk
beristirahat sejenak di Jalan Banteng Perkasa, sambil menikmati gudeg Jogja. Kak Indri dan Wiwin sampai di Solo, menumpang mandi di Hotel
tempat teman Kagama kami menginap dan berlanjut jalan-jalan di Solo menanti mas
Hendri datang.
Sekitar jam 8 Acen dan BangCep datang untuk menjemput Ndari dan
Bun untuk menaruh barang pendakian ke kost mereka. Setelah itu Ndari meminjam
motor milik Acen untuk berjalan-jalan di Jogjakarta, serta mencari barang-barang
pinjaman lainnya bersama Bun, namun karena ada miskomunikasi alat-alat
tersebut tidak dapat kami pinjam.
Perjalanan pun dimulai, Ndari membonceng Bun, Acen, BangCep dan
Alam membawa motor sendiri-sendiri. Kami ber 5 akan menjemput kak Indri, kak
Wiwin dan mas Hendri di Diamond Hotel. Di tempat pit stop tersebut kami dijamu
oleh mam Rwin (Erwin Windrawati), mam Ries (Riesmalia) dan mas Yassir (Yassir
Suhari A). Setelah makan dimsum dan ngobrol ngalor ngidul kami memutuskan untuk segera bertolak ke Dusun Cetho untuk
beristirahat.
(almost) Full Team ki-ka: BangCep, kak Indri, Acen, Ndari, mas Hendri, kak Wiwin, mas Alam, Bun |
Di Ndoro Dongker tersedia berbagai menu teh mulai dari teh hitam,
greentea, radja tea, earl grey tea dll, cemilannya juga ada Timus, Mendoan,
Tahu, Singkong dll. untuk yang kelaparan seperti kami bisa memilih nasi goreng,
kari ayam, ayam bakar dll.
ngeteh cantik di Ndoro Dongker ki-ka 1: BangCep, mas Hendri, Acen, mas Alam ki-ka 2: Ndari, kak Indri, kak Wiwin, Bun |
Setelah puas ngemil-ngemil, ngeteh cantik, dan berfoto-foto perjalanan
dilanjutkan menuju Dusun Cetho. Disinilah semua keseruan dimulai, tanjakan demi
tanjakan dilalui, motor-motor mulai berjatuhan. Motor yang membawa mas Alam dan
mas Hendri jatuh karena tidak kuat menanjak, tidak ada yang terluka, tapi tas
Ndari putus gara-gara terlalu bersemangat lari menyusul yang jatuh. di tanjakan
berikutnya motor yang membara BangCep dan kak Wiwin juga jatuh, tangan kak
Wiwin agak luka, tapi untungnya tidak kenapa-kenapa. Di tanjakan hampir
terakhir, motor Ndari dan Bun juga hampir jatuh, untung saja bisa
diseimbangkan, sedangkan mas Hendri harus turun dan berjalan menanjak ketika
ditanjakan terakhir tersebut karena motor mas Alam tidak kuat menanjak jika ada
penumpangnya.
bersembahyang di Krincing Wesi |
Bintang malam di Cetho |
14 Agustus 2013
Pukul 4 pagi ketukan di pintu kamar para perempuan terdengar,
mulailah kami bangun dan packing terakhir semua keperluan.
Ndari, mas Alam dan mas Hendry pergi ke rumah pak Warto untuk mengambil beberapa barang serta menjemput 2 anak KKN UGM 2013 yaitu Sandy dan Bayu untuk kemudian bergabung dengan rombongan lainnya di Puri Saraswati.
Ndari, mas Alam dan mas Hendry pergi ke rumah pak Warto untuk mengambil beberapa barang serta menjemput 2 anak KKN UGM 2013 yaitu Sandy dan Bayu untuk kemudian bergabung dengan rombongan lainnya di Puri Saraswati.
Setelah sampai di Puri Saraswati dan bersembahyang bersama memohon
agar dilindungi dan diberikan keselamatan dalam perjalanan mendaki ke Puncak
Lawu.
Dan Petualangan pun dimulai…
Rombongan berjumlah 14 orang yaitu: Ndari, Acen, Kak Indri, Kak Wiwin, Bunkarni, Mas Hendry, Mas Alam, BangCep, Sandy, Bayu, Mas Momo, Mas Ika, Mas Priyo, dan Mas Rendra.
Pada saat waktu menunjukan pukul 6.30 rombongan memulai perjalanan ke pos 0 yaitu Candi Kethek. Candi Kethek sendiri berada kurang lebih 200 meter dari Puri Saraswati. Dahulu di Candi Kethek terdapat Arca Hanoman namun saat ini Arca tersebut telah dipindahkan ke Dinas Purbakala. Di Candi Kethek ini kami sejenak menghaturkan dupa dan memohon ijin serta perlindungan.
Perjalanan dilanjutkan menuju Pos 1, jalan mulai menanjak dan
didominasi pepohonan tinggi diselingi dengan tanaman perdu. Jalan yang kami
lalui adalah jalan setapak yang hanya bisa dilalui oleh 1 orang. Beberapa orang
mulai mengambil tongkat untuk membantu pendakian.
Tibalah kami di Pos 1, setelah menaruh dupa dan duduk-duduk
sejenak, kami melanjutkan perjalanan. Sepanjang perjalanan mas Momo, mas Ika
dan mas Priyo memasang tanda papan menuju puncak karena banyak tanda papan yang
mulai rusak atau hilang.
Perjalanan menuju Pos 2 didominasi tanaman perdu yang rimbun
sehingga rombongan harus lebih hati-hati dalam melangkah agar tidak terpeleset.
Pos 2, ki-ka: Sandy, Bayu, mas Priyo, mas Momo, kak Wiwin, mas Rendra, mas Hendry, Ndari, Acen, kak Indri, Bun, mas Alam, BangCep. (Pict by: mas Ika) |
Tiba di Pos 2 dan setelah menaruh dupa, kami mulai
mengeluarkan beberapa perbekalan berupa coklat untuk menambah tenaga kami serta
minuman. Setelah berberapa kali berfoto kami melanjutkan perjalanan ke Pos 3.
tambang arang illegal |
Perjalanan menuju Pos 4 agak sedikit lebih mudah karena jalan yang dilalui agak landai, sesekali menanjak. Sepanjang perjalanan, Sandy pun mulai dapat terlihat dan bergabung ke kelompok kami sehingga rombongan (agak) akhir menjadi 4 orang. Kami sudah mulai bisa melihat rombongan sebelumnya di depan kami, namun kami memilih untuk duduk beristirahat sejenak untuk mengatur napas dan minum. Sebelum sampai di Pos 4, kami harus sedikit mendaki lereng bukit. Kekuatan tangan dan kaki untuk menahan beban serta kecepatan berpikir untuk memilih rute yang ada menjadi modal utama kami.
pohon cemara yang terbakar |
tidur-tiduran di Cemoro Kembar |
berteduh di bayangan Cemoro Kembar |
Sementara rombongan bagian awal dan tengah mulai melanjutkan perjalanan. Tak berapa lama Sandy pun melanjutkan perjalanan seorang diri. Jeda 10 menit dari Sandy berangkat, Ndari, Acen dan kak Wiwin beranjak menyusul sementara mas Momo, mas Ika dan mas Priyo masih duduk-duduk cantik di Cemoro Kembar.
Perjalanan menuju pos 5 merupakan perjalanan yang paling
menyenangkan. Pemandangan padang savanna serta birunya langit dan awan putih
yang seolah berada di bawah kami menjadi hiburan tersendiri bagi kami. Berada “di
atas awan” mungkin inilah yang kami rasakan.
Sesampainya di Pos 5 kami dan beristirahat sejenak, kami pun
melanjutkan perjalanan. Dengan sedikit
menanjak, berkelok-kelok serta angin dingin yang berhembus kami melanjutkan
perjalanan ini. Stok air mulai menipis, coklat dan biscuit pun mulai
dikeluarkan untuk membantu menahan lapar dan haus. Pelan tapi pasti kami
melewati jalan yang mulai melandai dibandingkan pos-pos awal.
Saat sedang berjalan, sayup-sayup Ndari, Acen, kak Wiwin dan Sandy mendengar terikan anak kecil memanggil. Saat melihat ke belakang ternyata pak Warto dan Adit menyusul kami. Mereka berangkat dari Cetho jam setengah 1 siang dan berhasil menyusul kami di perjalanan menuju pos 6. Hahaha malu dan senang menyeruak di hati kami. Adit pun seketika berada di baris awal rombongan belakang, dengan langkah yang lincah dan bersemangat memimpin kami sembari memberikan murbai hutan untuk menghilangkan haus. Langkah kami semua pun mendadak berubah mengikuti langkah bersemangat nan cepat Adit. Sekitar magrib kami sudah bisa melihat tugu puncak Lawu, senang dan semangat pun kembali mengisi hati kami.
Padang Savana |
Saat sedang berjalan, sayup-sayup Ndari, Acen, kak Wiwin dan Sandy mendengar terikan anak kecil memanggil. Saat melihat ke belakang ternyata pak Warto dan Adit menyusul kami. Mereka berangkat dari Cetho jam setengah 1 siang dan berhasil menyusul kami di perjalanan menuju pos 6. Hahaha malu dan senang menyeruak di hati kami. Adit pun seketika berada di baris awal rombongan belakang, dengan langkah yang lincah dan bersemangat memimpin kami sembari memberikan murbai hutan untuk menghilangkan haus. Langkah kami semua pun mendadak berubah mengikuti langkah bersemangat nan cepat Adit. Sekitar magrib kami sudah bisa melihat tugu puncak Lawu, senang dan semangat pun kembali mengisi hati kami.
Ketika melewati tumpukan-tumpukan bebatuan, pak Warto berkata “ini lo yang namanya Pasar Dieng”. Kami semua langsung terdiam dan melanjutkan perjalanan, di dalam hati terus menerus meminta izin untuk lewat (nb: Pasar Dieng konon adalah Pasar Setan, bebatuan yang tersusun merupakan lapak berjualan nya).
Pukul 18.30 rombongan akhir pun tiba di
Pondok mbo Yem. Rasa lapar,
haus, lelah, kantuk hilang seketika kami menginjakan kaki di Pondok mbo Yem.
Sedikit lagi, ya tinggal sedikit lagi kami akan sampai puncak. Di Pondok mbo
Yem, Kami langsung disuguhi teh panas oleh rombongan yang sampai lebih dulu. Setelah
menaruh tas dan menata tempat untuk tidur nanti di Pondokan mbo Yem, kami pun
keluar ke depan Pondok mbo Yem untuk
menikmati langit malam yang penuh bintang. Tak lama kemudian makanan pun
selesai dimasak anak mbo Yem. Sederhana, hanya sepiring nasi dan telur ceplok
serta sayur pecel, namun rasa makanan tersebut merupakan makanan paling enak
yang pernah kami cicipi. Perjuangan untuk mendapatkan sepiring nasi mbo Yem
mungkin tak akan kami lupakan.
Obrolan pun dilanjutkan di dalam dan di depan Pondok mbo Yem. Perjalanan
ke puncak disepakati akan dilakukan jam 5 keesokan hari dari Pondok mbo Yem. Rombongan
di dalam Pondok mbo Yem memilih untuk berselimutkan sleeping bag dan mengobrol
sambil mencari kehangatan. Rombongan di depan Pondok mbo Yem mengobrol tentang
perjalanan mas Rendra keliling Sulawesi, BangCep dengan cerita dari Ambon nya, serta
cerita lainnya sambil diselingi teriakan “bintang jatuh” yang kemudian akan
diikuti kepala-kepala yang menengok kearah yang ditunjuk. Perjalanan ini mendekatkan kami semua J
Sekitar jam 9 (pasnya 9.15) kami memilih untuk menghangatkan diri
di dalam sleeping bag. Beberapa diantara kami sudah ada yang tertidur, beberapa
lainnya nantinya melanjutkan mengobrol di pawon mbo Yem dan di luar Pondokan.
Tanggal 15 Agustus 2013
Ndari dan Bun di Hargo Dumilah |
kak Wiwin, Bun, Ndari, kak Indri di Puncak |
Setelah puas berfoto-foto ria, kami pun turun menuju Sendang
Drajat untuk mengisi logistic air minum kami sementara BangCep dan Acen menyiapkan
kompor untuk memasak sarapan di Goa samping Sendang Drajat. Sarapan kali ini
berupa 12 mie instan kari ayam, 2 kaleng besar sarden tomat, dan 7 bumbu kari
mie instan. Sebelum memasak, para lelaki tangguh ini membuat minuman hangat
untuk kami semua. Dengan segala keterbatasan gelas, piring dan sendok kami pun
minum dan makan bersama dengan senang. Ada yang minum 1 gelas berempat, empat
orang makan dengan 2 piring dan 1 sendok, atau dengan empat piring namun 1
sendok bahkan ada yang menggunakan tutup kaleng sarden sebagai sendok.
Foto Tim bersama mbo Yem |
tiga bersaudara (Ndari, kak Indri dan Ka Wiwin) |
putri payung dan tas cantik |
Jam setengah 8 rombongan bergegas kembali ke Pondok mbo Yem untuk beres-beres, mengambil bekal untuk makan siang yang kata pak Warto nanti akan kita makan bersama di Pos 3, bersembahyang serta pamitan di Hargo Dalem. Sebelum melanjutkan perjalanan kami berfoto dulu dengan mbo Yem dan mas Alam pun dihukum untuk melakukan push up karena menjatuhkan matras.
Ndari di bulak peperangan (Pos 5) |
Tak lama kemudian datanglah rombongan 3 ditutup dengan Bunkarni
yang berjalan membawa payung dan tas cantiknya. Seketika pecahlah tawa
rombongan ini. Ditambah lagi setelah duduk, Bunkarni langsung mengeluarkan kaca
dan sisirnya. Setelah mengobrol dan menikmati cemilan, rombongan 1 dan 2
memutuskan untuk berangkat. Tiba di Pos 1 kami beristirahat sebentar dan
melanjutkan perjalanan menuju Pos 0 yaitu Candi Kethek. Disini mas Rendra, kak
Indri, Adit, Acen dan mas Hendri telah menunggu Ndari dan Wiwin datang. Cerita-cerita
pun dilanjutkan. Setengah jam kemudian baru rombongan 3 datang. Setelah berkumpul semua, kemudian mas Momo dan
mas Priyo disuruh untuk melakukan push up karena telah menjatuhkan Palu.
Kami pun melanjutkan perjalanan ke Rumah Plinthi sembari menunggu
Ndari, kak Wiwin dan kak Indri yang bersembahyang ke Puri Saraswati dan Candi
Cetho. Setelah semua rombongan lengkap, kami pun berfoto bersama di undakan
tangga Candi Ceto kemudian melanjutkan perjalanan ke rumah pak Warto.
Ndari, kak Indri, kak Wiwin, Bunkarni, mas Hendri, Acen, mas Alam,
BangCep pun bergegas mandi dan merapikan barang-barang mereka karena akan
melanjutkan perjalanan ke Jogjakarta.
Setelah makan malam dan berpamitan, sebelum acara peringatan Hari
Ulang Tahun Republik Indonesia, 8 orang itu pun melanjutkan perjalanan ke
Jogjakarta.
Foto oleh: Hendry Bundrawan, rekan-rekan MLT, A.A.Sagung Dwivandari dan Bunkarni
....... cerita akan berlanjut di Postingan selanjutnya .......