Monday, February 23, 2015

Merawat gigi

Heihooyy..
Selama masa-masa menanti kepastian dari kantor baru ku, aku melakukan pemeriksaan gigi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia yang berada di Kampus UI Salemba.
Kalau mau berobat disini kita harus melakukan pendaftaran lebih dahulu di bagian pendaftaran. Oh ya kalau bisa datang pagi yaa. Soalnya jam 11 pendaftaran udah tutup. Pasien akan dikenakan biaya pendaftaran sebesar Rp15.000 dan selanjutnya kita akan diberikan kartu pasien yang wajib dibawa setiap kunjungan.
Awalnya akan ada pemeriksaan pendahuluan oleh dokter gigi yang berada di sebelah kiri ruang pendaftaran. Keluhan kita akan dicatat dan nantinya akan diberikan saran awal penanganan yang akan dilakukan. Untuk penanganan lanjutan kita dapat memilih akan ditangani oleh Koas (mahasiswa S1), Residen (mahasiswa S2) atau langsung ke klinik dokter spesialis. Untuk masalah biaya per klinik tentu saja berbeda.
Berdasarkan hasil pemeriksaan awal aku harus melakukan perawatan  saluran akar (atau PSA). Aku memilih dirawat oleh Residen di klinik konservasi, yaitu dengan Drg. Diananda.
Setelah dokter Dian melihat kondisi gigi ku, aku harus melakukan rontgen. Rontgen dilakukan hanya terhadap gigi yang akan di-PSA dan dikenakan biaya Rp15.000.
PSA sendiri akan dilakukan sekitar 3-4 kunjungan dengan per kunjungan dikenakan biaya Rp75.000. Interval per kunjungan sendiri yaitu 1 minggu. Katanya sih biar obatnya meresaaaapp..
*psstt masalah harga per kunjungan ini JAUUUUHHH lebih murah dari rumah sakit dekat rumah ku yang mematok harga per kunjungan sebesar Rp540.000*
Sampai saat ini aku sudah melakukan 3 kali kunjungan. Kata dokter Dian akar gigi ku itu unik. Harusnya akar kita membentuk segitiga, sedangkan akar ku membentuk semacam huruf A italic+capital hahaha.
Sejak awal pemeriksaan sih aku hanya merasa sakit di ujung akar saat memasukan obat, bahkan dokter Dian sampai ga tega kalo aku udah berkaca-kaca hihi. Selebihnya ga sakit sama sekali, bahkan obat penghilang rasa sakitnya tidak aku sentuh sama sekali. *makasi ya dok, sekarang udah ga sakit lagi hehe*
Aku sendiri lebih sih merasa nyaman memeriksa gigi di rumah sakit pendidikan universitas. Selain harga nya yang lebih murah, yang paling penting adalah karena yang melakukan pemeriksaan sedang belajar tentu saja akan lebih teliti saat memeriksa gigi ku, ada dokter ahli yang melakukan pengawasan dan aku memberikan tambahan jam terbang kepada calon ahli-ahli kesehatan di Indonesia. Makin banyak jam terbang praktek tentu akan makin ahli bukan?
Saat di Jogja pun aku juga memilih berobat di RSGM UGM didampingi dokter gigi pribadi ku drg. I Wayan Sutresna Yasa alias Deyok. Walaupun tidak ditangani oleh Deyok tapi setiap kunjunganku Deyok pasti mendampingi hihi. Deyok bukan Konco Palsu lah.
Ya kita memang harus meluangkan waktu lebih lama kalau berobat di RSGM, belum lagi kalau mengantri rontgen atau antrian membayar hihi. Spare 4-5 jam per kunjungan lah.
Sing penting semua sehat, semua senang. Hihi.
Salam gigi kuat tulang besi.
-perjalanan RSGM ke rumah-
230215

Sunday, February 15, 2015

Keseimbangan

Satu titik.
Sebuah kunci yang mengembalikan fungsi-fungsi organ ku yang lama terdiam.
Satu titik.
Sebuah awal dari gelombang yang tercipta melingkar disekitarnya tak kala bersentuhan.
Satu titik.
Keseimbanganku.
Yang membuatku tetap sadar dari semua kegilaan yang menyelimuti pikiran ini
Yang membuatku tetap terbangun dari buaian mimpi belaka.
Yang membuatku bangkit dari ilusi tidur yang kulakukan tiap malam.
Kini terkoyak oleh pikiran kecil yang mengusik.
Keseimbanganku.
Kembalilah.

Bekasi, 16 Februari 2015

Sunday, February 8, 2015

Menikah (menurut pandanganku) 3

*sebelum memulai mohon baca tulisanku sebelumnya tentang menikah (menurut pandanganku) 2 dan menikah (menurut pandanganku) 1.

heihoooyy.

kembali lagi dengan tulisan yang bisa membuat level kegalauan yang membaca meningkat drastis.

yap. permasalahan "Menikah" itu emang kaya sinetron Tersan*ung yang sampe season 10 ga selesai-selesai, walaupun udah berganti pemeran utama yang bermain.

haha.. skip dengan sinetron Tersa*jung (ketauan kan judul sinetron yang dimaksud :p ).

Kegalauan akan 1 kata diatas memang tak akan kunjung mereda bagi mereka yang belum menikah. bahkan mungkin bagi mereka yang sudah menikah pun kata tersebut tetap saja menimbulkan kegalauan-kegalauan lanjutan. hahaha.

modal utama untuk menyiapkan pernikahan adalah "keyakinan", terutama keyakinan dari kedua manusia yang akan mengikatkan diri dalam pernikahan.

dengan adanya keyakinan paling tidak pertanyaan mengenai "siapa" telah terjawab dan selanjutnya pembahasan akan "naik kelas" membahas masalah kapan, dimana dan lainnya.

untuk memperoleh keyakinan sendiri tentu bukan hal yang mudah.

kita harus meyakinkan diri sendiri terlebih dahulu dengan pertanyaan yang mengawang-awang di pikiran. apakah dia orang yang tepat? apakah aku dapat menerima dia? apakah dia dapat menerima aku? apakah keluarga ku menerima dia? apakah keluarga dia menerima aku? dan lainnya.

pertanyaan tersebut tentu saja tidak mudah untuk dijawab apabila kita tidak yakin dengan pasangan kita.

beberapa teman ku berkata bahwa terlalu prematur lah pertanyaan tersebut disampaikan diawal hubungan pacaran, mungkin iya, mungkin tidak. berikut pendapatku yaa.
image

mungkin iya. apabila memang dari awal hubungan kalian diawali dengan kata "jalanin aja dulu (JAD), ujungnya kemana kita liat nanti aja". sejak awal pun hubungan tersebut tidak didasari keyakinan mengenai perjalanan bersama yang akan dilakukan. keduanya sepakat menggantungkan pada situasi mengambang yang tercipta seiring dengan berjalannya waktu. entah 6 bulan, 1 tahun, 3 tahun, 10 tahun atau bahkan lebih *weeew forever alone banget kalo lebih mah*. memang tidak semua hubungan yang digantungkan dengan kata-kata "JAD" tersebut akan berakhir tanpa kepastian, ada juga kok berakhir bahagia. tergantung bagaimana satu sama lain bisa saling meyakinkan.

mungkin tidak. apabila memang dari awal hubungan kalian sudah yakin bahwa ingin menjalani hubungan dengan akhir bersama. ya karena kedua belah pihak telah sepakat dengan tujuan yang ingin dicapai, maka tahap selanjutnya adalah meyakinkan diri sendiri, orang tua masing-masing dan mulai merencanakan tentang "kapan, dimana, bagaimana dan lainnya". ada seorang teman ku yang hanya bertemu sebanyak 7 kali dengan calon suaminya dan kemudian menikah, ada juga temanku yang perlu waktu 6 bulan dari perkenalan untuk kemudian menikah. ya memang tidak semua hubungan yang diawali dengan keyakinan untuk mengakhiri di tujuan yang sama akan berakhir dengan pernikahan *atau dengan pernikahan yang langgeng , karena siapa tau di tengah jalan mereka memilih berpisah *tapi semoga semuanya langgeng-langgeng aja yaa, namun menurut ku apabila sudah ada modal dasar Keyakinan yang dimiliki oleh keduanya maka masalah lanjutan yang akan terjadi dapat dilalui.

yap. keyakinan.

lalu apakah hubungan kalian sudah memiliki modal dasar tersebut?

karena keyakinan tidak perlu dicari, hanya perlu dirasakan.

diselesaikan Bekasi, 8 Februari 2015.

".. dan bahkan apa yang kuyakini dan yang tidak kuyakini akan hilang dan bangkit dalam kegelapan bila kata ragu muncul.."
-Ndari 1 Februari 2015-