Friday, September 18, 2015

Temali

Tali temali yang saling menyimpul.

Bukan mengikat tapi menjaga.

Bukan mengekang tapi mendekatkan.

Tali temali bukan tembok penghalang.

Tapi semangat melangkah maju.

Tapi pengingat jalan pulang.

Tali temali ini terdiri atas kepercayaan dan pengharapan.

Karena derap langkah yang tercipta semakin dekat seirama.

Karena tujuan sudah ditetapkan.

Karena simpul apa yang akan terbentuk tercipta seiring perjalanan yang menempa.

-Home sweet home♥-
18 September 2015

Saturday, September 5, 2015

Melangkah

Teringat aku dengan hari itu.

Bulan kedua di tahun 2010.

Hari dimana kamu bercerita tentang lelaki itu.

Lelaki yang bisa mendapatkan hati mu.

Lelaki yang mau bergabung dan masuk ke lingkunganmu.

Lelaki yang tetap mendukungmu dikala senang maupun kesedihan datang.

Perjalanan kalian bukan tanpa kerikil.

Keraguan kerap datang namun kalian tetap bergandengan.

Hari ini, 5 September 2015, Kalian telah melangkah lagi.

Persiapan menuju hari di tahun 2016 mulai terlihat lebih jelas seiring terpasangnya lingkaran kecil di jari manis kalian.

Aku dan mereka, kami adalah pemeran pendukung kisah kalian.

Tatapan kalian membuktikan dan meyakinkan kami untuk merestui dengan segenap hati.

Selamat sahabatku.

Ciptakanlah cerita indah kalian. ♥

-Bekasi, 6 September 2015-
Teruntuk Paramita Tyasisca Roswitasari dan Fadly Febrian
Happy Couple with their bestfriend 

Tuesday, September 1, 2015

Bandara

Heihoy
Kali ini aku mau membahas tentang suasana di Bandara.
*ceritanya efek abis jemput mama di Bandara, untuk pertama kalinya, sendirian*.

Ada berbagai tipe emosi yang diperlihatkan oleh orang-orang yang ada di Bandara. Emosi yang terpancar di terminal kedatangan dan terminal keberangkatan berbeda. Berbeda pula emosi yang dipancarkan oleh orang yang akan berangkat maupun kerabat yang mengantar. Yang jelas semuanya menarik untuk dibahas.

Ada rasa senang yang dipancarkan mungkin karena mereka akan pergi bersama-sama untuk berlibur, atau bertemu dengan keluarga yang lama tak bersua, atau mungkin mau bertemu dengan kekasih yang lama terpisahkan jarak. Pancaran mata nya berbeda, ada binar-binar kebahagiaan *macam pancaran mata bonel monel pas ngeliat gw pulang ke rumah hihihi*.

Perasaan sedih yang terpancar mungkin karena keberangkatan mereka disebabkan ada kerabat yang berpulang atau mungkin karena harus meninggalkan keluarga atau kekasih untuk pergi ke suatu tempat yang jauh dalam waktu yang cukup lama,

Sedangkan bagi mereka yang akan melakukan perjalanan bisnis mungkin akan memancarkan perasaan percaya diri bahwa deal-deal bisnis yang akan mereka buat akan berhasil, mungkin saja malah perasaan gugup karena membayangkan bagaimana harus mempresentasikan hasil kerja mereka di depan klien atau atasan mereka, atau bisa juga perasaan sedih karena harus pindah ke daerah lain karena tugas kerja.

Gungde, April 2015
Di terminal keberangkatan ini bisa ku temui anak usia sekolah yang bersemangat sekaligus sedih membayangkan tempat baru yang akan menjadi "rumah"nya untuk beberapa tahun ke depan, rumah dimana tidak ada keluarga mereka yang akan menjaga mereka, rumah dimana impian mereka akan terwujud, dimana perjuangan meraih cita-cita akan dimulai.

Di sisi lain, tampak orang tua, saudara dan kerabat mereka yang penuh semangat dan berusaha menutupi rasa sedih akan berpisah dengan mereka. Foto-foto yang diambil akan menjadi awal dari perjalanan mereka. Pelukan dan ciuman terakhir diberikan sebelum mereka beranjak masuk ke dalam terminal keberangkatan. Lambaian tangan mengayun di udara, berjalan mengikuti mereka hingga lambaian terakhir tertutup oleh tembok Bandara. Air mata pun kemudian semakin mengembang di pelupuk mata seiring dengan langkah yang menjauh.

Prana, Februari 2015
Kisah lain yang tampak di Bandara ketika seorang sahabat yang mengantarkan sahabatnya untuk kemudian kembali ke rumah setelah menyelesaikan studi nya. Percakapan mereka tentang impian yang akan dicapai masing-masing tak kala bertemu di tahun selanjutnya, tentang bagaimana mereka akan berkomunikasi walau terpisah pulau, tentang undangan yang akan mereka kirimkan satu sama lain, tentang rencana untuk tetap merantau ketika jalannya akan terbuka.

Langkah tegap diambilnya ketika terdengar panggilan untuk penerbangannya. Lambaian tangan pun bersambut punggung yang berbalik memasuki terminal keberangkatan. Semua demi menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, begitu katamu sebelumnya.

Kisah lain pun tampak di terminal kedatangan.

Di sini kita bisa melihat orang-orang dengan beragam karakter. Mereka yang membawa berbagai dus oleh-oleh seragam yang menandakan kota yang telah mereka pijak. Mereka yang disambut riang gembira, dihujani pelukan dan ciuman dari suami/istri, anak dan kerabat. Mereka yang terburu-buru mengejar taxi yang tersedia agar tidak terlambat sampai ke tujuannya. Mereka dengan wajah bingung karena baru menginjakan kaki untuk pertama kalinya pada kota tersebut. Mereka yang bersuka ria karena akan menghabiskan waktu dan menjalankan rencana liburan yang sudah dibuatnya. Mereka yang bersungut-sungut karena terlambat dijemput.

Mereka yang kembali bersatu setelah dipisahkan oleh jarak dan waktu.

Kisah di Bandara terlalu lucu untuk diingat.

Ya, karena semua kisah memiliki cara untuk dikenang.

-diselesaikan di BKPM, 1 September 2015-

Terminal 2E, Juni 2015