Sunday, April 12, 2015

Berbi Kowe Kudu Kuwat!!

Heihoy.

Judul diatas adalah kata-kata yang akhir-akhir ini lagi nge-hits di kalangan anak muda.

Diawali dengan heboh lagu "Pusing Pala Berbie" oleh Putri Bahar yang mulai sering meracuni pikiran gara-gara kontroversi jiplak menjiplak *yang menurut gw ini lagu bener-bener menjiplak lagu jeng Meghan Tranior yang "All About That Bass"

Terlepas dari lagu racun itu, kata berbie diplesetkan dari kata Barbie *tau kan Barbie apa*

Oh ya, bahkan sampai umur segini pun aku pernah ga punya boneka Barbie loo, maklum ajik mama bukan tipe yang membanjiri kami dengan mainan, tapi lebih ke buku cerita atau les bahasa dan mata pelajaran *kita mainnya barbie kertas yang bisa gonta ganti baju juga tapi kepalanya mudah potel alias patah hahahah*

Berbie dalam tulisan ini bisa aku analogikan dengan wanita muda yang harus tampil kece setiap saat dan dituntut banyak hal oleh lingkungannya. *poor berbie

Gambar dibawah ini bisa menggambarkan tuntutan yang sering ditujukan kepada para berbie saat ini.

sumber: Path

Selain tuntutan-tuntutan diatas, sebagai seorang wanita muda Indonesia keturunan Bali, aku juga mendapatkan tambahan tuntutan bisa mejaitan dan mebanten, katanya "pang dadi mantu cager"(*biar jadi mantu impian). Walaupun aku tidak lahir dan besar di Pulau Bali namun tuntutan untuk terus memegang adat istiadat Bali juga ada. *tak lupa dengan tambahan bumbu tuntutan dalam hal mencari jodoh harus yang gini dan gitu*. Haiyaaahhh makin potel deh pala berbie hahaha.

sebelum ada gambar diatas di Path, aku merasa sebagai wanita aku harus bersekolah setinggi, impian untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Doktoral pun ada di benak ku, *pasti akan terwujud, entah kapan sembari menanti ada sponsor yang mau mendukung dan full bayarin hihi.

Tapi walaupun wanita sekarang dituntut untuk berpendidikan tinggi sering banget aku mendengar orang bilang: "ya pendidikan wanita jangan sampai melebihi lelakinya lah." Menurutku kenapa wanitanya tidak boleh bermimpi untuk terus maju, kenapa tidak lelakinya juga berusaha meningkatkan kualitas dirinya? Meningkatkan kualitas diri bisa dilakukan diluar pendidikan formal, dengan terus bermimpi, berusaha menggapai mimpinyadan bekerja keras tentu kualitas diri lelaki tersebut juga meningkat.

Sudah seharusnya lelaki  yang lebih dituntut untuk meningkatkan  kualitas. Dalam suatu keluarga yang menganut sistem partilineal seperti di Bali, laki-laki akan menikah dengan seorang wanita yang akan diajak masuk ke dalam garis keluarga lelaki tersebut. Hal ini harusnya semakin membuat lelakinya berusaha mencari istri dengan kualitas bibit bebet bobot yang baik. Namun disamping itu, wanita dengan kualitas bibit bebet bobot baik tersebut tentu saja juga akan mencari lelaki yang setara atau bahkan lebih dari dirinya.

Lalu kenapa tuntutan seperti gambar diatas hanya dibebankan kepada para berbie diseluruh dunia? Huh, ini ga fair. Pecahkan saja gelas nya biar ramai. Biar mengaduh sampai gaduh*mulai agak lebay nih.*

Bahkan nantinya ketika dalam rumah tangganya terjadi sesuatu, para berbie ini lah yang akan menjadi target sasaran utama untuk disalahkan. Apabila anak sakit namun harus tetap bekerja karena ada meeting penting, rumah tangganya gonjang-ganjing, atau masalah apapun baik masalah kecil bahkan sampai masalah besar. *ketika hal ini datang maka dukungan dari pasangan sangat penting. ingat menikah itu adalah proses kerjasama dua pihak*

Semangat yaaa para berbie di dunia persilatan. Tanpa usaha keras, maka hasil yang diperoleh pun tidak akan maksimal. Kalian hebat, Kalian bisa.

- diselesaikan 12 April 2015-
Bekasi, Sebuah tulisan untuk bercermin dan terus berusaha.

Thursday, April 9, 2015

Patah hati

Rasa ini muncul lagi.
Kali ini perkaranya bukan tentang aku.
Sakit ini nyata.
Hancur lebur.
Semua rasa jadi satu.
Aku patah hati.
Bekasi 9 april 2015

Tuesday, April 7, 2015

Pilihan

Ketika jalan mu sebelumnya telah berbatu.

Dan kemudian jalan itu terbelah menjadi dua.

Ketika Semesta pun telah menunjukkan pada mu untuk memilih jalan terbaik.

Yang bisa mengurangi luka di kaki mu.

Mengapa kamu meragu untuk melangkah?

Mengapa kamu masih menatap jalan yang lebih rusak itu?

Kamu punya pilihan.

Kata mu ketika jalan terbelah kamu akan memilih diri mu.

Kata mu ketika kaki mu tak kuat menahan perih kamu kan melindungi diri mu.

Aku ini bisa apa?

Aku hanya penonton.

Berbuih pun aku berkata tak kan mampu mengubah pilihan mu.

Paling tidak, ingatlah kamu punya pilihan untuk bahagia.

image

-BKPM, 8 April 2015-

Monday, April 6, 2015

Hai Sahabatku (2)

Kali ini engkau datang lagi pada ku.

Cerita yang kau bawa saat ini lebih gelap dari sebelumnya.

Ada apa?

Mengapa kamu relakan cahaya mu berganti?

Dulu pun cahaya mu bukan putih bersinar.

Tapi aku masih dapat melihat mu dari kejauhan.

Aku masih dapat melindungi mu.

Kali ini kegelapan yang kau bawa terlalu pekat.

Aku tetap dapat menemukan mu, melindungi mu.

Tapi sampai kapan aku dapat menemukan mu?

Sampai kapan kamu mengijinkan ku untuk terus disampingmu.

Gapai tanganku.

Aku tak bisa menjanjikan mu cahaya terang benderang.

Aku tak bisa menjanjikan mu hal yang kamu dapat di kegelapan itu.

Tapi aku bisa menjanjikan diri untuk berada disampingmu.

Apabila menjalani sendiri itu lebih menyakitkan, yakinlah ada aku disampingmu.

Ayo, gapai tanganku sebelum kegelapan semakin menarikmu.

Karena semua orang berhak untuk bahagia.

Karena kamu pantas untuk bahagia.


-BKPM, 6 April 2015-
Tulisan sebelumnya:
Hai Sahabatku (1)